Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perilaku Anak Usia Dini, Terapi Buku untuk Menuntaskan Permasalahan Perilaku Tersebut!

 
Perilaku Anak Usia Dini, Terapi Buku untuk Menuntaskan Permasalahan Perilaku Tersebut!

Perilaku anak usia dini, pada umumnya dapat dibentuk melalui berbagai macam pendidikan anak. salah satunya adalah menggunakan terapi buku yang disebut biblioterapi. 

Makanan apa ini biblioterapy? Mungkin bagi orang awam kita merasa asing dengan kata tersebut. Namun, di dunia psikologi atau psikoterapi sudah menjadi makanan setiap harinya. 

Diartikan oleh Association of Hospital and Institution Libraries (AHIL), bahwa biblioterapi adalah bahan bacaan atau buku cerita yang digunakan untuk membantu terapi dalam kedokteran dan psikiatri.

Selain itu juga untuk membimbing memecahkan masalah pribadi melalui pembacaan yang terarah.

 Peran Penting Terapi dalam Biblioterapy

Bennet mengatakan bahwa terdapat dua hal yang didapatkan dari sebuah cerita, yaitu kode kejujuran dan contoh yang baik. Buku dapat menjadi model positif sehingga dapat dikatakan penting dalam perkembangan anak.

Namun, prosesnya tidak hanya ditekankan pada belajar kognitif, melainkan kepada membuka materi-materi yang direpres atau ditekankan pada alam bawah sadar, maka kehadiran terapis sangat penting. 

Bisa berupa buku cerita anak yang bergambar maupun tidak begambar.

Selain sebagai model yang baik, buku juga bisa menjadi model perilaku yang kurang baik. Pada akhirnya informasi yang disampaikan kepada pembacanya akan disalahartikan, bahkan menyimpang. 

Seperti contohnya, bunda membacakan tugasnya dari sekolah untuk anak yang sedang marah. 

Kemungkinan anak bukannya malah tenang, tapi bisa jadi malah mengamuk dan menangis. Oleh karena itu, bunda harus bisa menyesuaikan kondisi si anak.

Contoh lain, ketika orang tua si anak meninggal, kita dapat mengatakan kepada anak tersebut bahwa orang tuanya ingin sekali melihatnya bahagia. Kita juga ingin memberikan pengertian kepada anak bahwa orang-orang di sekitarnya tidak ingin ia terus menerus bersedih. 

Inilah peran penting terapis yang dapat mengatasi permasalahan anak, meredakan emosi dan mengekspresikannya.

Tahapan Pelaksanaan Biblioterapy

Dalam pelaksanaan terapi buku harus memperhatikan beberapa tahapan.

1. Kesiapan 

Sebelum melakukan treatment biblioterapy harus mempertimbangkan dalam kesiapan anak. pada umumnya, anak yang siap memulai biblioterapy ketika ia sudah memiliki syarat-syarat berikut, yaitu:

a. Rapport (menjalin hubungan baik antara klien dan terapis) yang memadai, percaya, dan keyakinan yang telah ditanamkan oleh terapis kepada anak.

b. Jika klien adalah anak yang lebih tua, maka anak bisa membuat kesepakatan mengenai  masalah yang akan diterapi.

c. Sudah di-eksplorasi awal dari permasalahan

2. Seleksi buku

Dalam melakukan terapis harus memperhatikan beberapa faktor ketika memilih buku. Faktor tersebut adalah masalah yang terjadi pada anak. 

Anak mungkin membutuhkan sedikit atau banyak penyesuaian, dan masalah perkembangan yang dimiliki. 

Misalnya menggunakan fiksi, buku tersebut harus memiliki karakter dan situasi yang terpercaya dan dapat memberikan harapan nyata untuk anak. 

Selain itu juga, terapis harus mengetahui tingkat dan minat kemampuan membaca anak. 

Hal penting lain adalah bentuk publikasi buku. Braille yaitu buku bicara (kaset), dan buku berukuran besar untuk anak-anak berkebutuhan khusus. 

Edisi buku cerita bergambar dan bersampul tipis, sehingga lebih enak digunakan oleh anak.

Baca Juga, Mengapa Anak Nakal Ujian Allah, dan Betulkah?

3. Memperkenalkan buku

Apabila anak sudah lolos dua tahap sebelumnya, maka tahap selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memasukkan buku ke dalam treatment. 

Strategi yang digunakan untuk memperkenalkan buku dalam treatment ini salah satunya adalah terapis harus benar-benar mengenal baik isi buku yang telah dipilih.

4. Tindak lanjut

Kegiatan membaca buku harus disertai dengan diskusi atau konseling dengan metode bercerita pada anak usia dini. 

Karena anak mungkin akan mengalami tiga tahapan dalam proses biblioterapeutic setelah membaca buku. 

Dengan bimbingan dari terapis, anak sangat terbantu untuk mengidentifikasikan diri dengan karakter buku yang memiliki masalah yang sama. 

Dengan proses ini juga, anak akan mulai melihat bagaimana karakter dalam buku ini untuk mengatasi masalahnya kemudian mengenali pemecahannya.

5. Menulis kreatif

Setelah melampaui tahap membaca buku, anak mengerjakan hal-hal berikut ini:

a. Mengembangkan sinopsis buku dengan menggunakan karakter lain yang tidak sama dengan buku.

b. Membuat jadwal harian untuk karakter yang menjadi identifikasi diri anak, kemdian dibandingkan dengan jadwal anak.

c. Membuat diary untuk karakter dalam cerita

d. Menulis surat dari anak kepada karakter dalam buku

e. Membuat ending yang berbeda dari dalam cerita buku

f. Menyusun surat yang dianggap sesuai dengan karakter dalam buku tentang situasi masalah

g. Membuat berita tentang kejadian dalam buku

6. Aktivitas seni

Strategi ini sesuai bagi anak yang suka dengan aktivitas artistik. Berikut adalah aktivitas yang akan diarahkan:

a. Membuat peta yang menggambarkan kejadian dalam cerita dengan menggunakan imajinasi anak sendiri yang berbeda dengan buk.

b. Membuat wayang dari karakter cerita.

c. Menempelkan gambar untuk menciptakan kolase yang menggambarkan kejadian dalam cerita.

d. Membuat gambar berurutan dari kejadian penting dalam buku cerita.

e. Membuat sebuah mobil yang mewakili kejadian kunci atau karakter dalam buku, dengan menggunakan gambar yang dibuat sendiri oleh anak.

7. Diskusi dan bermain peran

Setelah melakukan beberapa aktivitas seni, terapis akan meminta anak untuk mengikuti tahap berikutnya, yaitu:

a. Berpartisipasi untuk membuat satu karakter dalam buku yang akan dibahas.

b. Memainkan peran kejadian dalam cerita.

c. Anak dapat memainkan peran pengadilan seperti memainkan peran sebagai terdakwa, pengacara, hakim, juri dan saksi.

d. Mendiskusikan kekuatan dan kelemahan karakter yang menjadi identifikasi diri anak.

Namun, yang perlu diperhatikan ketika melakukan biblioterapy, orang yang membantu harus benar-benar mempertimbangkan tingkat kematangan dan kesukaan anak saat mimilih aktivitas tindak lanjut.

Terapis dapat mengganti dengan media lain untuk menyesuaikan. Misalnya, anak tidak suka menulis, makan bisa menggunakan tape recorder untuk aktivitas menulis kreatif.

 Tergantung kepada permasalahan anak dan tipe buku yang digunakan, terapis bisa menyarankan beberapa aktivitas tindak lanjut agar anak dapat memilih.

Kesimpulan

Dengan beberapa cara melaksanakan biblioterapy di atas, akan menjadikan jalan keluar mengatasi permasalahan perilaku anak usia dini. 

Jika orang tua masih ragu-ragu untuk melakukan biblioterapy sendiri, maka alangkah baiknya meminta bantuan kepada psikiatri yang terpercaya. 

Semoga artikel ini bermanfaat bagi para orang tua. Terimakasih.


 


Nur Chafshoh Sa'idah
Nur Chafshoh Sa'idah Ibu dengan 2 anak, domisili Sidoarjo Jatim. Lulus KPI UINSA Surabaya tahun 2017, wanita kelahiran Gresik 1994 ini mulai bergelut dengan literasi sejak 2013, menjadi Content Writer sejak 2019, Karya buku di antaranya Manuskrip 70 Tahun Indonesia Merdeka (2016) sebuah antologi puisi, Villain (2021) novel Fantasi garapan duet, Kumpulan Cerita Anak Cerdik (2021) bersama Elfamediatama, Parenting Bala-Bala 1 Minggu 1 Cerita Bukan Resep Pengasuhan Abal-Abal (2021) karya non fiksi bareng para blogger, kunjungi rumah literasinya alfattahparenting.com dan nurchabisnis.com, perempuanberkarya.com, membuka Jasa Penulis Pena Alfattah. IG: @nurchafshoh FB: Pena Alfattah Twitter: @nurchafshoh

Posting Komentar untuk "Perilaku Anak Usia Dini, Terapi Buku untuk Menuntaskan Permasalahan Perilaku Tersebut!"