Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ajal Akan Terus Mengejar-Mu

Sobat Alfattah, jangan terlalu terlena dengan gelimpangnya dunia. Mimin kali ini ingin mengajak Sobat untuk berselancar ke negeri kematian. Merenungi, sejauh mana keterlenaan kita semua, termasuk Mimin!

Sedih rasanya, jika Sobat dan Mimin terlalu terlena dan benar-benar hilang kendali, selalu saja mengejar materi yang nantinya bisa jadi malah membuat beban dosa semakin berat. Yang katanya dosa sebesar Dzarroh (butir debu) saja akan dibalas oleh Allah SWT.

Lalu apalah daya kita, jika memang benar-benar demikian. Sholat saja ditunda-tunda hanya untuk melakukan aktivitas yang sifatnya duniawi. Sakit rasanya jika mengingat demikian, tetapi jika tidak direnungkan, kealpaan ini akan semakin bertambah. Lalai, semakin menjadi-jadi.

Mengingat Mati Upaya Diri Agar Tidak Lupa Diri

Sebenarnya goresan ini tidak hanya untuk sobat saja, melainkan untuk diri ini agar tidak begitu keterlaluan lalainya. Beberapa minggu lalu, sempat ketika dalam tidur, memimpikan kejadian aneh. Bagaimana tidak aneh, di sana Mimin adalah peran utama, di mana diri ini melihat tubuhku sendiri telah terlentang kaku.

Kejadian itu seakan benar adanya, seperti ada dua sosok aku di sana. Sudah tidak bisa menangis, tidak pula bisa berkata apa-apa kepada yang berada di sekitar diriku. Aku seakan bagaimana kondisinya, bagaimana tanggungan-tanggungan yang ada di dunia, harus bisa diikhlaskan. Meski jika diruntut, seperti ada yang belum selesai.

Benar apa yang dikatakan orang-orang mengenai kematian. Yang katanya “harta benda itu tidak bisa di bawa mati” lalu apa gunanya mengejar materi, jika ia tidak pernah disedekahkan?

Hanya untuk memenuhi kesenangan atau hasrat kepuasan duniawi saja? Tentu itu bukan jawaban yang tepat. Pasalnya, meski kita membawanya ke pusaran (kuburan) dan menguburnya bersama, kehidupan di dunia manusia dengan ruh itu sudah beda tempat. Lalu apa gunanya di bawa ke kuburan?

Mimpi itu hanyalah sebentar, setelah aku Nampak orang-orang yang ada di sekitar, dan ingin berinteraksi yang notabene tidak bisa, saat itu juga aku terbangun. Betapa bodohnya aku, setelah diingatkan kematian dalam mimpi, masih saja diri ini lalai.

Baca Juga Alasan Harus Punya Cita-cita

Apa Tidak Teringat? Kematian Selalu Mengejar Kita Di Masa Pandemi Ini?

Mimin tidak pernah ada rasa khawatir, tentang penyakit yang disebabkan oleh Virus di masa Pandemi ini, karena kematian akan selalu mengejar kita, bukan hanya persoal Corona. Namun tidak bisa dipungkiri, banyak yang benar-benar terjangkit Virus lalu menghembuskan napas terakhirnya.

Kita seakan sedang menunggu giliran untuk nyawa dicerabut oleh yang bertugas. Tetangga, saudara, bahkan ayah atau ibu atau diri ini, bisa saja akan mengambil gilirannya. Seperti tetanggaku, yang satu persatu dipanggil yang maha Kuasa.

Tetapi yang menjadi hantu bagiku bukan mengenai kematian disebabkan penyakit, namun jika sudah waktunya, apakah aku punya bekal setelah berada di dunia lain?

Sungguh ketakutan menyertai, apalagi tentang proses meregang nyawa.

Saat Satu per-Satu Anggota Tubuh Sekarat

Renungan yang aku lakukan tidak berhenti pada ketakutan akan hari selanjutnya setelah meregang nyawa. Tetapi ketika prosesi kematian berlangsung. Membolak-balik hati, merenungi, se-alim, se-suci Nabi Muhammad SAW, masih mengatakan untuk menghentikan prosesi peregangan nyawa ketika beliau sedang akan menghadapi sakaratul maut.

Beliau hingga sempat berkata kepada Malikat pencabut nyawa, agar di kemudian hari ummatnya diberlakukan dengan baik saat pencabutan nyawa, diringankan kesakitannya.

Kesakitan itu benar-benar tidak ada yang menandingi. Gara-gara renungan ini, aku tak sengaja membuka lembaran-lembaran tentang kematian yang bakal merenggut nyawa kita satu per satu. Konon, prosesi ini sangat menyakitkan, bahkan saking sakitnya, manusia hanya bisa berteriak lirih.

Mulai dari kaki, pencabutan ruh perlahan dilakukan. Ditarik dari bawah ke atas, ruh terlepas dari raga bahkan dari jiwa, seperti sedang tersayat belati secara keseluruhan.

Dari gambaran di atas, memang sungguh sangat menyakitkan prosesi kematian itu. Tetapi semua orang tidak bisa menghindarinya, satu per satu manusia mendapati gilirannya untuk dicabut juga.

Sebagai manusia, hendaknya kita bisa menjadi penuntun untuk anak-anak kita supaya ia besar kelak tidak merasakan hal yang sama, melewati kematian yang menakutkan.

Jika memang tidak bisa menuntun, paling tidak, bisa memberikan atau share hal positif, biar nanti ketika dalam kematian, kita lebih dimudahkan proses pemakamannya.

Bagaiama kah Dirimu Nanti Meninggal?

Ingatanku tentang mengenang kematian pun masih terus berlanjut. Ada seorang nenek, masih saudara, harus merenggut nyawa seharian. Waktu itu, pertama kali diri ini melihat secara langsung seseorang yang sedang sakaratul maut.

Sungguh luar-biasa menyedihkan, ketika sebagian saudara mengambil buku yasin di pagi hari, sekitaran pukul 10, termasuk aku yang ikut menyertai, mengajikannya. Kondisinya seperti terlihat biasa, ia seperti sedang tidur namun bukan kayak orang tidur seperti biasanya (tidak sadarkan diri). Pasalnya, ada napas yang tidak normal, seperti orang sedang cegukan namun hanya sebuah napas, tepatnya napas pendek.

Padahal saat itu, beliau sudah dalam prosesi sakaratul maut, namun agak sulit terlampaui, seakan sangat pelan prosesinya. Hal ini baru aku sadari setelah baca-baca buku, bahwa orang yang sedang meninggal, ceritanya beda-beda.

Begitu sangat menyakitkan kalau dibayangkan. Lalu bagaimana dengan kita?

Oh iya, kita tidak bisa memilih ya, bagaimana nanti kita mengalami prosesi itu. Namun kita masih bisa berdo’a agar dimatikan dalam kondisi khusnul khotimah.

Aku masih teringat satu kisah yang bagiku sangat menyedihkan sekali. Sebuah takdir memang tidak bisa dirubah, kurenungi, bukan masalah Allah tidak sayang pada hambanya, tetapi setiap insan sudah punya jalannya sendiri.

Tentang seorang anak kecil yang usianya masih 3,5 tahun, namun harus dipanggil oleh Allah dalam keadaan sakit. Ia menggigil kepanasan, hingga tak terelakkan terkena step. Begitu hebatnya, hingga gigi perlu diberi sendok, iya, sempat kata bundanya, lidahnya berdarah-darah.

Siapa tahu, kalau kejadian itu adalah awal si kecil untuk tidak berpulang lagi ke dunia manusia. Penderitaan sakaratul maut yang dirasakan si kecil yang notabene tidak punya dosa ini, ternyata ukurannya sama dengan yang dewasa.

Aku sayang menyayanginya juga, betapa masih hidupnya ia seperti anakku sendiri, atau sama suami juga sangat dekat. Tetapi begitulah kiranya, kematian tidak bisa kita pilih, namun bisa kita pinta, dengan cara apa, dan dalam kondisi apa, kita harus berdoa dan berusaha dengan sungguh-sungguh.

“Buah akhirat, adalah dari perbuatan kita di dunia”

Bahkan kematian kadangkala, juga sesuai dengan kebiasaan. Mau dimatikan kayak apa, jika seseorang sudah punya kebiasaan, katanya meninggalnya pun biasanya dengan cara yang sama. Misal suka mabuk, ia akan dimatikan dan menemui ajalnya ketika mabuk-mabuk-an.

Sayangilah tubuh dan dirimu. Kematian akan terus mengejar, hingga tiba waktunya. Adakalanya, memang kematian prosesnya terlalu sulit, ada juga yang mudah dan simpel loh.

Penutup

Dengan adanya kematian, bisa menyadarkan manusia, bahwa kita hidup di dunia tidak hanya untuk bersenang-senang. Melainkan bisa untuk beribadah seperti apa kata orang-orang tentang hari libur yang sementara. Memang iya, manusia tidak bisa melihat bagaimana ia nanti mati, tetapi paling tidak, manusia masih bisa menabung amal kebaikan agar kelak dipermudah.


Nur Chafshoh Sa'idah
Nur Chafshoh Sa'idah Ibu dengan 2 anak, domisili Sidoarjo Jatim. Lulus KPI UINSA Surabaya tahun 2017, wanita kelahiran Gresik 1994 ini mulai bergelut dengan literasi sejak 2013, menjadi Content Writer sejak 2019, Karya buku di antaranya Manuskrip 70 Tahun Indonesia Merdeka (2016) sebuah antologi puisi, Villain (2021) novel Fantasi garapan duet, Kumpulan Cerita Anak Cerdik (2021) bersama Elfamediatama, Parenting Bala-Bala 1 Minggu 1 Cerita Bukan Resep Pengasuhan Abal-Abal (2021) karya non fiksi bareng para blogger, kunjungi rumah literasinya alfattahparenting.com dan nurchabisnis.com, perempuanberkarya.com, membuka Jasa Penulis Pena Alfattah. IG: @nurchafshoh FB: Pena Alfattah Twitter: @nurchafshoh

34 komentar untuk "Ajal Akan Terus Mengejar-Mu"

  1. Semoga kita bisa dimudahkan ketika akan meninggal ya kak, kayaknya membayangkannya saja tak sanggup. Tapi kalau udah mengejar dunia lupa deh kalau kematian itu dekat

    BalasHapus
  2. Iya kak, sangat takut, tapi sudah pasti masa nya akan tiba.. kita yang tidak boleh lengah.. ☺

    BalasHapus
  3. terima kasih kak, sudah mengingatkan.. memang ya, kematian bisa terjadi kapan saja, kepada siapa saja. semoga adanya pandemi ini bisa membuat kita makin sadar dan mengingat kematian supaya bisa berbuat baik selalu :)

    BalasHapus
  4. Iya kak, sama-sama. Semoga pandemi menjadi pelajaran, bahwa kita juga harus ingat kalau di dunia tidak selamanya.. sama-sama kak.. ☺ salken, makasih kunjungannya.. ☺☺

    BalasHapus
  5. Kematian memang menjadi misteri yang sulit dipecahkan. Kemana perginya jiwanya, tentu segala perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban. Trims sudah mengingatkan.

    BalasHapus
  6. Iya kak, sama-sama. ☺ tulisannya juga untuk saya pribadi. Kita sama-sama harus perbaiki kualitas diri, sedih rasanya kalau waktu dah tiba.

    BalasHapus
  7. Terimakasih kak sudah mengingatkan tentang kematian,jadi ingat banyak dosa selama ini. Berasa belum punya bekal apa-apa :(
    Semoga kita meninggal dalam keadaan husnul khotimah, aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin... sama-sama kak. Semoga kita semua dalam lindungan Allah, senantiasa diingatkan ketika lagi tidak ingat akan dosa-dosa..

      Hapus
  8. terima kasih pengingatnya ya mbak...semoga kita mempersiapkan pertemuan terindah dengan Allah swt dengan amal dan kondisi terbaik sebagai muslim

    BalasHapus
  9. Aaaamiiin.. sama-sama mbak.. saling mengingatkan.. ☺

    BalasHapus
  10. Memang kita nggak tahu kapan kematian akan menjemput. Tetapi yang kita tahu bahwa setiap orang pasti akan meninggal. Harus mempersiapkan diri dengan mendekat kepada Tuhan.

    BalasHapus
  11. Iya kak, bagaimanapun kita sudah harus seimbang.. jadi bagaimana caranya agar kita bisa ada yang mengingatkan. Termasuk saya..

    BalasHapus
  12. Kematian adalah kepastian, kemanapun kita berlari ataupun sembunyi kematian pasti akan datang menjemput kita.

    Harus mempersiapkan diri untuk menyambutnya dan senantiasa memohon kepada Alloh SWT agar kematian kita baik dan Khusnul Khotimah Amin

    BalasHapus
  13. Pengingat diri, mati itu pasti dan entah kapan datangnya. Manusia hanya bisa berusaha menjadi orang baik setiap waktu. Mengumpulkan "sangu"ketika mati itu tiba

    BalasHapus
  14. Baca ini pas setengah 4 sore....langsung skip dan sholat asar dulu. Kita g pernah tau kematian bs saja di depan mata kita, mksh ya mbk sdh di ingatkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak.. sama-sama. Saya aja pas nulis ini juga keinget.. kayak besok mau meninggal juga. Apalagi masa pandemi kayak gini.. sama-sama kak..

      Hapus
  15. Semoga bisa husnul khatimah. Meninggal tidak merepotkan tidak sakit lama. Bismillah

    BalasHapus
  16. Maksih, Kak sudah diingatkan. Kematian emang banyak ditakuti sebagian besar orang tanpa disadari mati itu pasti dan gak bisa ditawar.
    Semoga kita semua dimatikan dalam keadaan Khusnul khatimah. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama kak.. ngeri.. takut.. campur-campur. Kayak pesawat sriwijaya

      Hapus
  17. Kalau ingat mati selalu bikin takut. Berarti banyak dosa dlm diri ini.
    Semoga Allah cabut nyawa kita dlm keimanan

    BalasHapus
  18. Kalau ingat kematian jadi ingat dosa. Terus kepikiran bagaimana prosesnya nanti ya.
    Semoga kita kembali dalam keadaan husnul khotimah. Aamiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaamiiin kak.. semoga kita dalam khusnul khotimah..

      Hapus
  19. selalu ingat kematian memang keharusan, agar kita selalu berbuat kebaikan agar nanti proses pencabutan nyawa kita bisa baik juga, tidak tersiksa.
    Baginda Nabi saja telah meminta itu pada Malaikat Pencabut Nyawa, masa kita sendiri tidak ingin agar prosesnya nanti tidak sakit dan mudah ya..huhuhuh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak.. betapa sakitnya.. sampai baginda nabi saja meminta demikian.. makasih kak kunjungannya..

      Hapus
  20. Mengingat kematian jadi pembelajaran hidup agar senantiasa kitanya selalu ingat bahwa ada kehidupan yang menunggu kita selanjutnya untuk dijalani

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak. Semoga kita semua dimatikan dalam khusnul khotimah..

      Hapus
  21. Iya kak.. benar.. mangkanya kita harus ingat terus. Sayangnya kita adalah manusia, yang kadang lalai sama hal tersebut. Tapi sesama manusia, tugasnya saling mengingatkan.. ☺ makasih udah mampir..

    BalasHapus
  22. Merinding aku baca ini 😞 Selalu terlena pada dunia. Sibuk yang tak pernah ada usainya. Ah, bicara tentang mati, aku ingin mati dalam keadaan yang baik. Aurat terjaga dan tidak menyulitkan orang di sekitarku. Semoga kematian, bisa menjadi pengingat diri....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak... masa kayak gini nggak bis ditebak, kematian ada di sekitar kita.. semoga kita semua dimatikan dalam khusnul khotimah

      Hapus
  23. Masya Allah Mbak, terima kasih pengingatnya.
    Bekal untuk dibawa mati rasanya belum seberapa, siap atau tidak, harus tetap dijalani, menunggu giliran menuju kematian.
    Semoga kita semua mati dalam husnul khotimah dan tidak menyusahkan keluarga serta orang sekitar kita. Aamiin Yaa Rabb...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaamiiin kak.. iya, menulis ini pun sambil merenung kk. Meskipun terkadang saya juga terlena akan dunia..

      Hapus
  24. Membayangkan kematian itu memang sangat luar biasa

    Semoga kita semua bisa mendapatkan kematian yang mudah dan Khusnul khotimah

    BalasHapus