Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengalaman Mengajak Anak Kedua Mengaji, Pentingnya Mengajari Sejak Dini!


Hai Sobat Alfattah, ternyata tugas orangtua itu benar-benar tidak mudah. Selain mengandung, menyusui, bahkan mendidik menjadi PR full kedua orangtuanya. Ya begitulah beratnya proses menjadi orangtua yang benar, tidak hanya repot mendidik, memberikan fasilitas terbaik untuk keperluan hidupnya, misalnya pemenuhan gizi dan pendidikan yang bagus.

Hal ini tidak hanya soal membiayai pendidikan aja sih guys, bahkan pengorbanan orangtua saat membimbingnya.

Tapi nyatanya, banyak banget orangtua yang lepas tangan ges, tidak mau repot mendidik, namun suka banget bikinnya😅. Ah entahlah.. 

Boleh banget kok punya anak banyak, yang jadi pertanyaan, apakah siap dengan segala kerepotannya? Ah saya ngomongin gitu, saya pengen hati-hati aja sama diri sendiri, biar nggak jadi pelaku penelantaran anak ges, soalnya anak sudah mau 3 nih di usia pernikahan 8 tahun.

Udah lama nggak nulis tema refleksi diri. Jadi pengen dong, biar kita semakin ingat dengan kondisi diri, tulisan kali ini tentang pentingnya memberikan yang terbaik bagi anak, baik dari soal keuangan, perhatian terhadap kesehatan, bahkan pendidikan yang tidak serta merta diserahkan ke guru, tapi peran orangtua sangat memengaruhi, selamat membaca!

Cerita Si Kecil Berproses Mengaji untuk Pertama Kali

Dulu, waktu mbaknya (anak pertama), pertama kali mengaji di usia 3,5 tahun, sudah lebih dari 3 tahun baru ngaji. Ini anak pertama, tidak punya teman sama sekali guys, dia juga perempuan, yang notabene lebih ngalem dan tidak banyak tingkah.

Waktu itu saya ngantar untuk pertama kali, posisi perut ada debay, usia kandungan paling 3 bulanan guys, nah anak ini pintar banget, nggak rewel, mau ngaji dan tidak menyusahkan karena nggak lari-larian. Pas disuruh maju dan mengaji, mau dan gampang nyandak, tapi sayangnya ngalem gitu aja.

Jadi ada durasi lama banget proses menunggu dan mau lepas alias tidak di antar ibu ke tempat ngaji. Kisaran 3 bulan nih ya aku tungguin di dalam kelas, terus paling 1 bulan proses menunggu di luar tempat ngaji, pokok total kisaran 6 bulan, soalnya kan yang 2 bulan, saya lahiran di orangtua, alias pulkam deh, jadi 2 bulan itu anak cewek saya nggak ngaji. Pas usai melahirkan dan adek udah bisa dibawa pulang ke domisili, si kakaknya ini mau dong berangkat sendiri, alhamdulillah banget kan?

Nah kali ini, cerita untuk anak kedua yang mau ngaji pertama kali ges, apa yang terjadi dengan anak kedua? Si kecil yang kedua kali ini, laki-laki alias cowok. Mengaji pertama di usia 3 tahun kurang 2 bulan, sekarang kan bulan April nah Juni nanti tepat ulangtahunnya di usia 3 tahun. Tepat juga hpl (hari perkiraan lahir) anak ketiga ges😅.

Sudah saya wanti-wanti, nanti pokoknya anak kedua harus mulai ngaji meskipun belum usia 3 tahun, soalnya bakal repot dan lebih berat kalau ngaji pas anak bayi ketiga lahir, dan untuk mulai memberangkatkan ngaji pertama bakal tertunda-tunda, kan kasihan kalau terlambat dingajikan, bagaimana saya sebagai seorang ibu mempertanggungjawabkan pendidikannya?

Intinya, banyak anak, harus mau repot apapun yang terjadi, baik dari segi keuangan yang pasti pengeluarannya bakal banyak, hingga pendidikan ya guys. Ini soal pendidikan dasar, ada yang lebih dasar lagi, tapi masih saya usahakan, yaitu toilet training, nanti saya tuliskan juga ya.

Kita kembali ke laptop, nih anak kedua, lebih ribet tapi gampang insyaallah. Eh gimana-gimana? Dia itu kan cowok ges, pastinya lebih berani mentalnya, dan sudah punya kakak atau yang ngajak ngaji bareng. Jadi kayaknya bakal lebih cepat lepas dari antaran orangtua.

Nanti rencana pas adeknya lahir, kisaran bulan juni atau Juli lah saya tekadkan buat di antar ayahnya aja, misal ngantar dan masih ngalem, si anak lanang ini sudah mau ditunggu di luar tempat ngaji.

Iyups benar sekali, sekarang ini saya masih proses menunggu di dalam kelas dan mulai ngajarinnya menunggu diluar, jadi sesekali saya tunggu di luar, kalau anaknya masih rewel dan mau saya lihat, pasti ke masuk ges, kayak tadi belum mau madep gurunya pas dipanggil buat ngaji, saya datang dan membujuknya buat ngaji, dan alhamdulillah mau.

Kalau ditanya tingkahnya? Aduh anak usia belum 3 tahun, dan dia cowok ges, jadi banyak tingkah, tapi sebagai orangtua, saya harus tega buat ngelepas perlahan dan dipasrahkan ke gurunya.

Kalau teman Alfattah bilang, ini masih kekecilan usianya buat ngaji, ya nggak papa, kalau nggak dikenalkan gini, besok kalau pas habis lahiran, saya mau ngawiti Mengaji kan bocil, akan lebih repot ges. Ini bentuk perjuangan ortu.

Cerita Seorang Dokter Kandungan Menangani Pasien Melahirkan, Harus Berkata Apa?

Tulisan yang ini sebagai refleksi tambahan ya guys, biar kita sama-sama sadar, bahwa orangtua itu tidak hanya bertugas membuat anak yang banyak.

Jadi ada seorang perempuan, mau melahirkan, datang ke klinik dengan kondisi kandungan udah bukaan lengkap dan siap melahirkan. Dengan cekatan, tangan dokter menangani dan lahir lancar. Karena kondisi darurat, singkat cerita, dia ditangani secara cepat pokoknya punya bpjs.

Setelah usai, Pas ditanya, selama ini periksa berapa kali? Dia mengatakan tidak pernah periksa ges. Kok bisa ya, mau melahirkan tapi kenyataannya tidak pernah periksa? Dokterpun penasaran, kenapa nggak periksa? Katanya suaminya nggak mau nganter.

Posisi ini melahirkan anak kedua guys, jadi ada anak pertama yang kini usianya 2 tahun. Pas ditanya anak pertamanya imunisasi? Perempuan itu pun menjawab, tidak pernah. Ini beneran kok bisa gini?

Untungnya anak kedua lahir normal dan dimudahkan. Tapi poin utamanya, kenapa punya anak tapi nggak dipedulikan? Saya juga nggak tahu, yang salah laki-lakinya atau kedua orangtuanya alias pasangan suami istri bersalah karena nggak ada yang mau berjuang buat jaga anaknya.

Tapi kita tidak bisa menghakimi guys, mereka berbuat seperti itu apa penyebabnya. Tapi tetap aja yang direpotkan itu pihak perempuan, soalnya mengandung itu penuh perjuangan, melahirkan, bahkan mendampingi pertumbuhan anak, itu PR banget buat kedua orangtua terutama ibukkk...

Dikira kita nggak capek? Mungkin mental ibu ber anak dua ini sudah kena guys, jadi ikutan nggak perduli anaknya.

Yang jadi pelajaran buat saya yang anaknya juga banyak nih😅, dah mau 3 aja. Semoga tetap diberi kesabaran dalam berproses menjadi ibu yang baik. Meski saya tahu dan sangat sadar, bahwa yang bakal kerepotan itu ibuuu nya, dan seorang ayah harus ikut berperan (tapi mohon ya)  kesadaran diri jadi ayah Yang baik, jangan nunggu istrinya marah-marah dulu (mohon dengan nada yang pelan), hehe.

Kalau ditanya soal imunisasi? Anak saya Yang pertama lengkap guys, sampai 2 tahun, bahkan masih jalan 3 tahun 4 tahun masih sering datang ke posyandu meski nggak seintens pas waktu ada imunisasi.

Terus anak yang kedua, nggak lengkap, bolong satu ges waktu campak ulang, pas usia 2 tahun, mundur-mundur gara-gara anak sakit, jadi terlambat akhirnya nggak imunisasi.

Anak ketiga nanti? Bismillah, semoga lahiran lancar dan ibunya bisa mendampingi dengan baik. Selamat membaca artikel lainnya ya, semoga bermanfaat.

Nur Chafshoh Sa'idah
Nur Chafshoh Sa'idah Ibu dengan 2 anak, domisili Sidoarjo Jatim. Lulus KPI UINSA Surabaya tahun 2017, wanita kelahiran Gresik 1994 ini mulai bergelut dengan literasi sejak 2013, menjadi Content Writer sejak 2019, Karya buku di antaranya Manuskrip 70 Tahun Indonesia Merdeka (2016) sebuah antologi puisi, Villain (2021) novel Fantasi garapan duet, Kumpulan Cerita Anak Cerdik (2021) bersama Elfamediatama, Parenting Bala-Bala 1 Minggu 1 Cerita Bukan Resep Pengasuhan Abal-Abal (2021) karya non fiksi bareng para blogger, kunjungi rumah literasinya alfattahparenting.com dan nurchabisnis.com, perempuanberkarya.com, membuka Jasa Penulis Pena Alfattah. IG: @nurchafshoh FB: Pena Alfattah Twitter: @nurchafshoh

Posting Komentar untuk "Pengalaman Mengajak Anak Kedua Mengaji, Pentingnya Mengajari Sejak Dini!"

Seedbacklink affiliate