Sejarah Jajan Pasar Kelanting di Jawa, Yuk Telusuri Sejarahnya
Hai Sobat Alfattah, jajajan kuliner khas jawa yang banyak diminati ada banyak, salah satunya kelanting. Nah, sebagai warga lokal asli Jawa, yuk kita coba cari makanan khas yang ada di lokaltaste sebagai penyedia konten terkait makanan khas nusantara, bahkan tidak hanya suku Jawa saja ada banyak yang lainnya juga.
Kali ini artikel ini akan membahas tentang sejarah jajanan kelanting, dan proses mengolahnya, tak lupa pula buat review salah satu web penyedia konten kuliner lokaltaste, baca sampai usai ya!
Asal Usul Jajan Kelanting, Bagaimana?
Indonesia kaya akan warisan kuliner tradisional yang tersebar di berbagai daerah. Salah satu kekayaan tersebut adalah jajan pasar, istilah yang digunakan untuk menyebut aneka kue tradisional yang biasa dijual di pasar-pasar tradisional.
Di antara sekian banyak jenis jajan pasar, kelanting menempati tempat khusus, terutama di beberapa wilayah Jawa seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat. Kelanting dikenal dengan bentuknya yang melingkar kecil menyerupai cincin, teksturnya yang renyah, serta rasanya yang gurih. Namun, di balik kesederhanaannya, kelanting menyimpan jejak sejarah dan budaya yang panjang.
Asal-Usul Kelanting
Kelanting berasal dari tradisi kuliner agraris masyarakat Jawa. Diperkirakan, kelanting sudah mulai dibuat sejak masa-masa awal berkembangnya pertanian singkong di Nusantara, terutama setelah tanaman ini diperkenalkan dari Amerika Selatan oleh bangsa Portugis pada abad ke-16. Singkong dengan cepat menjadi bahan makanan pokok alternatif, terutama di pedesaan.
Masyarakat Jawa, yang terkenal kreatif dalam mengolah bahan pangan lokal, menggunakan tepung singkong, dikenal sebagai tepung kanji atau tepung tapioka, untuk membuat berbagai makanan ringan. Kelanting adalah salah satu hasil inovasi tersebut.
Dengan bahan dasar sederhana berupa tepung kanji, air, garam, dan pewarna alami, kelanting menjadi cemilan yang mudah dibuat, tahan lama, dan cocok untuk berbagai acara, mulai dari kenduri hingga sekadar kudapan sore.
Filosofi di Balik Kelanting
Dalam budaya Jawa, makanan tidak hanya berfungsi untuk mengenyangkan perut, tetapi juga seringkali mengandung makna filosofis. Bentuk kelanting yang melingkar seperti cincin dipercaya melambangkan keabadian dan kesatuan. Ini sejalan dengan nilai-nilai kekeluargaan dan kebersamaan yang dijunjung tinggi dalam masyarakat Jawa.
Warna-warni kelanting, yang dihasilkan dari pewarna alami seperti daun pandan (hijau), bunga telang (biru), atau pewarna kuning dari kunyit, juga memperlihatkan semangat masyarakat Jawa yang menghargai keindahan dan keberagaman.
Perkembangan Hingga Sekarang
Kelanting pada awalnya hanya dijumpai di pasar-pasar tradisional, dijual bersama dengan jajan pasar lainnya seperti klepon, lupis, dan cenil. Namun, seiring berjalannya waktu, kelanting mengalami adaptasi. Kini, kelanting diproduksi secara massal, dikemas modern, dan bahkan dipasarkan ke luar daerah Jawa.
Rasa kelanting pun beragam — selain rasa gurih original, kini muncul variasi rasa seperti balado, barbeque, hingga keju. Namun demikian, kelanting tradisional tetap dicari oleh mereka yang merindukan cita rasa masa kecil dan suasana pasar tradisional yang penuh kenangan.
Kelanting dalam Budaya Jawa Kontemporer
Di era modern ini, kelanting tidak hanya menjadi kudapan, tetapi juga bagian dari upaya melestarikan budaya kuliner lokal. Banyak komunitas pecinta kuliner tradisional, acara budaya, hingga festival makanan yang kembali mengangkat kelanting sebagai simbol kebanggaan terhadap warisan nenek moyang.
Resep Kelanting Jawa Timur, Menu Jajanan yang Tak Ketinggalan
Kalau mau buat kelanting, kita harus tahu apa saja bahan-bahannya dan bagaimana cara mengolahnya, nah kali ini kita akan memaparkan apa saja bahan dan proses pembuatannya, cekidot😊
Bahan-bahan:
• 500 gram singkong, kupas dan cuci bersih
• 100 gram tepung tapioka
• 1 sendok teh garam
• Air secukupnya
• Pewarna makanan (opsional, untuk variasi warna)
• Minyak goreng, untuk menggoreng
Cara Membuat:
• Haluskan singkong:
• Parut singkong hingga halus. Setelah itu, peras singkong parut sedikit saja supaya tidak terlalu basah, tetapi jangan sampai kering.
Campur adonan:
Campurkan singkong parut dengan tepung tapioka dan garam. Aduk rata hingga menjadi adonan yang bisa dipulung. Bila adonan terlalu kering, tambahkan sedikit air.
Beri warna (opsionatl):
Jika ingin kelanting berwarna-warni, bagi adonan dan teteskan pewarna makanan sesuai selera. Aduk rata masing-masing bagian.
Bentuk kelanting:
Ambil sedikit adonan, bentuk memanjang seperti ular kecil, kemudian buat menjadi lingkaran kecil atau angka 8. Pastikan sambungan adonan direkatkan dengan baik supaya tidak lepas saat digoreng.
Rebus kelanting:
Rebus air hingga mendidih, masukkan kelanting satu per satu. Masak sampai kelanting mengapung (tanda sudah matang), lalu angkat dan tiriskan.
Goreng kelanting:
Panaskan minyak banyak di wajan. Setelah minyak panas, goreng kelanting hingga kering dan renyah, gunakan api sedang agar tidak cepat gosong.
Sajikan:
Angkat dan tiriskan. Setelah dingin, kelanting siap disajikan sebagai camilan renyah.
Tips tambahan:
• Supaya lebih gurih, Anda bisa menambahkan sedikit kaldu bubuk ke adonan.
• Simpan kelanting dalam wadah kedap udara agar tetap renyah.
Lokaltaste, Web Jelajah Kuliner Nusantara yang Membawa Review Terbaik
Ada banyak artikel yang bisa mereview atau menceritakan tentang kuliner nusantara. Tapi belum nemu web atau blog yang bisa menjelaskan dengan detail mulai dari rekomendasi, hingga lengkap dengan resepnya. Nah di Lokaltaste ini, kalian bisa nemu itu.
Jadi, kalau mau bisa mendapatkan informasi lengkap, langsung saja buka webnya, lokaltaste.id ya guys.
Jangan lupa baca artikel saya yang lain juga, banyak mereview wisata, kuliner, bahkan ilmu parenting juga ada, selamat membaca.
Posting Komentar untuk "Sejarah Jajan Pasar Kelanting di Jawa, Yuk Telusuri Sejarahnya"